Competitions
AC Milan resmi memutus kerja sama dengan pelatih Sergio Conceicao pada Kamis lalu. Keputusan ini diambil setelah Rossoneri menjalani musim yang mengecewakan dengan hanya finis di posisi kedelapan klasemen akhir Serie A. Milan tertinggal 19 poin dari sang juara Napoli dan gagal lolos ke kompetisi Eropa musim depanâhasil yang jelas di luar ekspektasi klub maupun para tifosi.
Dalam pernyataan resminya, manajemen klub menyampaikan rasa terima kasih kepada Conceicao atas kerja keras dan dedikasinya selama menangani tim. Pelatih asal Portugal itu sebelumnya ditunjuk pada bulan Desember menggantikan Paulo Fonseca dan sempat memberikan harapan dengan membawa Milan menjuarai Piala Super Italia di Arab Saudi.
Namun, sinyal positif di awal tak berlanjut. Performa Milan mengalami penurunan drastis, ditandai dengan inkonsistensi permainan dan hasil buruk di berbagai kompetisi. Dua kekalahan yang paling mencolok adalah saat tersingkir dari Liga Champions oleh Feyenoord di babak playoff dan kekalahan menyakitkan dari Bologna di final Coppa Italia. Hasil tersebut menjadi puncak kekecewaan yang mendorong manajemen mengambil langkah tegas.
Kabar kembalinya Massimiliano Allegri ke San Siro semakin menguat. Pelatih berusia 56 tahun tersebut dikabarkan telah mencapai kesepakatan personal dengan Milan dan akan segera menandatangani kontrak baru. Jika resmi diumumkan, maka ini akan menjadi periode keduanya menangani Rossoneri setelah sebelumnya sukses mempersembahkan gelar Serie A pada musim 2010/11.
Nama Allegri bukan sosok asing bagi Milanisti. Ia dikenal sebagai pelatih yang piawai dalam membaca pertandingan dan membangun tim dengan struktur yang solid. Pengalamannya menangani Juventus selama hampir satu dekade, dengan raihan lima gelar Serie A, membuatnya dinilai sebagai figur tepat untuk mengangkat kembali performa Milan.
Meski begitu, keputusan ini tak lepas dari pro dan kontra. Beberapa suporter menilai gaya permainan Allegri terlalu konservatif dan kurang atraktif. Namun, sebagian lainnya percaya bahwa Milan membutuhkan sosok berpengalaman yang bisa mengembalikan stabilitas dan mental juara di ruang ganti.
Jika kembali, Allegri akan langsung dihadapkan dengan sederet tantangan. Pertama, membangun kembali kepercayaan diri pemain setelah musim penuh tekanan. Kedua, meracik ulang komposisi tim, terutama di lini pertahanan dan tengah yang kerap menjadi titik lemah musim lalu.
Dengan keterbatasan anggaran transfer, Allegri harus jeli memanfaatkan potensi pemain muda seperti Rafael Leao dan Tijjani Reijnders. Ia juga diharapkan bisa menemukan keseimbangan antara strategi defensif yang kuat dan permainan menyerang yang dinamis.
Tantangan makin besar jika melihat keberhasilan rival sekota, Inter Milan, yang akan berlaga di final Liga Champions. Tekanan untuk membawa Milan kembali ke level tertinggi kompetisi Eropa akan menjadi ujian utama bagi Allegri di musim perdananya nanti.
Kembalinya Allegri mencerminkan ambisi Milan untuk segera bangkit dari keterpurukan. Dengan pengalaman dan rekam jejaknya, ia diharapkan mampu memulai era baru yang lebih stabil dan kompetitif. Namun, dukungan penuh dari manajemen dan kesabaran suporter akan menjadi faktor penting dalam perjalanan ini.
Membangun kembali kejayaan tidak akan terjadi dalam semalam. Tapi jika semua elemen bersatu, bukan tidak mungkin Milan akan kembali menjadi kekuatan besar di Italia dan Eropa. Ingin tahu kabar terbaru soal Allegri dan perkembangan terbaru Rossoneri? Jangan lewatkan update eksklusif, berita transfer, dan analisis mendalam hanya di ShotsGoal tempatnya penggemar sepak bola sejati!